Saya Bukan APATIS

Posted: Rabu, 21 Desember 2011 by Hasan Baharun in Label:
2

Apatis dalam bahasa indonesia berarti sikap yang tak peduli atau acuh, tak acuh. Tapi apa bisa kata ini di gunakan atau di sematkan pada seseorang yang dalam sebuah PEMILU atau pemilihan apapun itu berada pada posisi GOLPUT (golongan putih).
Kalau kata saya jelas tidak bisa karena seseorang yang GOLPUT belum tentu dia apatis. Terus terang saja, saya termasuk dalam daftar orang-orang Golongan Putih, tapi saya jelas tidak terima jika dikatakan sebagai orang yang apatis karena dalam ke GOLPUTan saya, saya masih peduli terhadap apa-apa yang kalian perjuangkan.
Dalam lingkup civitas akademika (kehidupan kampus) pemilu itu juga terjadi, ada yang mencalonkan diri jadi Presiden BEM, DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Dll, dan saya melihat mereka sama saja dengan anggota-anggota dewan yang ada di senayan sana, mungkin bedanya mereka gak dapat gaji...Kasian
Mereka rela membuat stiker, banner, dan apapun itu untuk mengkampanyekan dirinya dan berkata akan menyalurkan aspirasi anda, kami berjuang untuk mahasiswa, jangan menjadi mahasiswa apatis. Cuihhhh Sampah semua.....mohon maaf kalau sedikit kasar karena memmang benar slogan hanya tinggal selogan. Saya rasa ketika ia berhasil menduduki jabatan yang ia inginkan ia hanya akan menjadi budak-budak para penguasa kampus. Lalu selogan mereka hanya tinggal angin lalu. Kemana suara kalian ketika kita mahasiswa meneriakkan suara-suara perjuangan, dan keadilan karena biaya pendidikan yang terlalu mahal, biaya-biaya yang gak jelas,dan birokrasi yang semakin kacau di kampus???.
Terlebih lagi dunia politik itu kejam, syarat akan tipu daya yang mampu menggelapkan mata, kita juga tak tahu misi-misi apa yang tersembunyi di balik kata memperjuangkan mahasiswa

ya, jadi bukannya saya apatis tapi saya hanya belum percaya sama kalian karena selama ini kalian hanya memampangkan foto, poster, banner, stiker dan tulisan yang berkata perjuangan, mana mungkin kita percaya......karena sebenarnya Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata bukan hanya kata-kata yang diteriakkan saja.

2 komentar:

  1. 17Nima says:

    setiap manusia mempunyai hak unuk beropini...

    sayangnya san, ketika kebijakan dibuat nantinya dan ternyata kebijakan itu salah sedangkan kita sbg mahasiswa tidak berusaha memberikan suara kita di pemilihan untuk memilih yang lebih baik,bukan yang benar dan mampu membawa aspirasi, tapi paling tidak yang jujur dan lebih baik dari calon yang lain, akan lebih baik hasilnya dari pada kita tidak memilih. kenapa? karena ketika dia salah, kita jugalah yang berhak menurunkan dia karena kita memilih tapi dia ingkar, kita bisa meminta pertanggungjawabnnya. tapi ketika tidak memilih (meskipun tdk ada yang tau) kamu benar-benar tidak akan punya hak untuk menurunkan dia, menuntut janjinya dan lain2nya.... pilihlah yang terbaik, supaya orang2 yang tidak baik tidak terpilih, kenapa? hanya untuk kebaikan bersama saja...terkait kebijakan, spp dll. jujur saya sudah pernah turun langsung ke rektorat...saya sendiri.

    jujur saya benci politik. saya benci banget. buktinya, silakan liat blog ku...setiap kali orang2 politik berbicara, saya hanya berani mengutarakan di blog. sekian maaf panjang....

  1. Anonim says:

    Anda benar saudara Hasan. Mereka hanya berkata tanpa berbuat. Sedikit - sedikit turun ke jalan tanpa berfikir apa yang akan terjadi selanjutnya dari turun ke jalan tersebut. Golput adalah pilihan. Bagaimana kita bisa memilih jika yang dipilih tidak bisa memberi awareness kepada pemilih. Dari visi misi yang kurang mengena dan pidato yang semrawut dengan hanya mengandalkan emosi, gimana bisa ada perubahan kalo awalnya saja sudah ecek - ecek?? Sekolah dimana mereka?? Siapa yang ngajarin?? Belajar dulu yang rajin biar pinter!! Saya percaya kalau Anda adalah salah satu pemuda Brawijaya yang bisa membawa perubahan lebih baik. Tanpa banyak kata, namun banyak berbuat. Saya juga gitu.. Semangat!!

Total Tayangan Halaman