Kaskus dalam pendekatan sociocultural
Posted: Kamis, 08 Desember 2011 by Hasan Baharun in Label: Berbagi Ilmu
0
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era global ini telah memunculkan beragam komunitas di dunia maya, salah satunya adalah komunitas online Kaskus. Kaskus yang berasal dari kata kasak-kusuk telah menjadi situs forum komunitas maya terbesar di Indonesia yang memiliki anggota lebih dari 900.000 member.Ketika saya yang bukan seorang kaskuser (pengguna kaskus) mulai mencoba memasuki situs ini, banyak hal-hal yang membuat saya bingung karena tenyata mereka memiliki bahasa sendiri yang mampu mendekatkan mereka satu sama lain walaupun sebenarnya mereka tidak saling mengenal. Keberadaan Komunitas ini sangat menarik untuk dikaji, disini saya akan menganalisa Komunitas online kaskus ini dengan pendekatan tradisi sociocultural. Dalam tradisi ini diterangkan bahwa kita selalu membuat penjelasan-penjelasan dari apa yang menjadi dasar di dalam percakapan, bagaimana suatu maksud / arti tersebut dapat dijelaskan di dalam percakapan, dan bagaimana lambang dimunculkan digambarkan melalui interaksi.
Teori-teori ini mengatakan kepada kita tentang percakapan menyatukan orang-orang secara bersama-sama, dan bagaimana partisipan yang datang untuk melakukan share meaning, dan difokuskan juga pada bagaimana komunikator-komunikator bekerja sama dalam suatu cara yang tersusun untuk mengorganisir pembicaraan mereka.
Teori-teori ini mengatakan kepada kita tentang percakapan menyatukan orang-orang secara bersama-sama, dan bagaimana partisipan yang datang untuk melakukan share meaning, dan difokuskan juga pada bagaimana komunikator-komunikator bekerja sama dalam suatu cara yang tersusun untuk mengorganisir pembicaraan mereka.
Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah pelopor tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari bahasa yang kita gunakan. Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya).
Dari bebrapa paparan tentang tradisi sosiocultural tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya sosiocultural ini lebih menitik beratkan kepada bagaimana orang tersebut melakukan percakapan dengan menggunakan bahasa yang di sepakati bersama walaupun terkadang mereka memaknai kata secara arbiter atau sesuka mereka yang akhirnya akan memunculkan suatu kebudayaan baru. Kebudayaan yang muncul ini pun sebenarnya untuk memperkuat eksistensi mereka karena mereka ingin menunjukkan sesuatu yang membedakan kelompoknya dengan kelompok lain. Barangkali ini juga di pahami oleh pengguna kaskus, karena dengan mereka membuat bahasa-bahasa sendiri seperti gan (juragan) untuk menyapa sesama kaskuser, Pertamax ketika pengguna menjadi orang yang pertama dalam membalas Thread (topik yang di buat oleh seorang kaskuser) dan lain sebagainya, mereka akan semakin eksis di dunia maya, dan hal ini memang terbukti ketika kaskus dengan cepat menjadi situs forum online terbesar di indonesia. . Jadi tidak aneh jika kita sekarang sering melihat kata yang berbeda makna dan arti dalam komunikasi antar sesama pengguna kaskus itu tersebut, dalam komunitas kaskus bahasa-bahasa tersebut merupakan bentuk interaksi yang terjadi , hal ini di jelaskan dalam teori conversation and teks in the process of organization yang berarti interaksi menuntut kita untuk berbagi makna yang akhirnya membentuk pola interaksi kita dalam organisasi.