Apatis dalam bahasa indonesia berarti sikap yang tak peduli atau acuh, tak acuh. Tapi apa bisa kata ini di gunakan atau di sematkan pada seseorang yang dalam sebuah PEMILU
atau pemilihan apapun itu berada pada posisi GOLPUT (golongan putih).
Kalau kata saya jelas tidak bisa karena seseorang yang GOLPUT belum tentu dia apatis. Terus terang saja, saya termasuk dalam daftar orang-orang Golongan Putih, tapi saya jelas tidak terima jika dikatakan sebagai orang yang apatis karena dalam ke GOLPUTan saya, saya masih peduli terhadap apa-apa yang kalian perjuangkan.
Dalam lingkup civitas akademika (kehidupan kampus) pemilu itu juga terjadi, ada yang mencalonkan diri jadi Presiden BEM, DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Dll, dan saya melihat mereka sama saja dengan anggota-anggota dewan yang ada di senayan sana, mungkin bedanya mereka gak dapat gaji...
Kasian
Mereka rela membuat stiker, banner, dan apapun itu untuk mengkampanyekan dirinya dan berkata akan menyalurkan aspirasi anda, kami berjuang untuk mahasiswa, jangan menjadi mahasiswa apatis.
Cuihhhh Sampah semua....
.mohon maaf kalau sedikit kasar karena memmang benar slogan hanya tinggal selogan. Saya rasa ketika ia berhasil menduduki jabatan yang ia inginkan ia hanya akan menjadi budak-budak para penguasa kampus. Lalu selogan mereka hanya tinggal angin lalu. Kemana suara kalian ketika kita mahasiswa meneriakkan suara-suara perjuangan, dan keadilan karena biaya pendidikan yang terlalu mahal, biaya-biaya yang gak jelas,dan birokrasi yang semakin kacau di kampus???.
Terlebih lagi dunia politik itu kejam, syarat akan tipu daya yang mampu menggelapkan mata, kita juga tak tahu misi-misi apa yang tersembunyi di balik kata memperjuangkan mahasiswa
ya, jadi bukannya saya apatis tapi saya hanya belum percaya sama kalian karena selama ini kalian hanya memampangkan foto, poster, banner, stiker dan tulisan yang berkata perjuangan, mana mungkin kita percaya......karena sebenarnya
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata bukan hanya kata-kata yang diteriakkan saja.